Mang Dian, Kucari Kunang-Kunang yang Tak Ketemu

Teks & Foto: Nanoq da Kansas

Dia pernah bercerita bahwa cowok yang pintar bermain musik punya peluang besar untuk memikat hatinya. Sekarang, dia telah meninggalkan cerita itu. Bukan karena dia tak suka lagi dengan cowok atau musik, tetapi sekarang ada yang lebih membuatnya penasaran. “Kunang-kunang! Saya jatuh hati pada kunang-kunang. Saya takjub, kenapa Tuhan menciptakan mahluk mungil dan lucu itu. Kunang-kunang yang menghiasi malam, apakah maknanya bagi kehidupan?” Tanyanya kepada entah siapa.

Begitulah dara yang sebentar lagi akan meninggalkan bangku SMA ini. Banyak bicaranya, banyak senyum dan banyak tertawanya. “Entahlah, saya kok sudah cerewet sejak baru mekeplos dari rahim ibu. Habis, memang banyak hal yang dapat kita bicarakan atau ceritakan dengan teman-teman. Kehidupan ini begitu indah dan penuh warna. Maka, mari kita ceritakan keindahan dunia kepada siapa saja. Gak usah ngomongin perang yang terus berkecamuk di belahan dunia sana, atau gak usah bergunjing politik yang gak bisa dimengerti. Mari kita bicara soal kunang-kunang saja hehehe…,” lepas rawanya.

Ni Nyoman Dian Oktarini, demikian nama yang tercantum dalam buku rapor sekolahnya. Libra kelahiran 1989 ini, menapaki dunia modeling Bali berawal dari kontes modeling lokal Jembrana. Ceritanya cukup unik juga. Saat itu, yang menjadi model sebenarnya adalah kakaknya. Tetapi pada sebuah event, sang kakak mendadak sakit. Mang Dian dipaksa untuk ikut kontes mewakili kakaknya. Maka latihan pun dilakukan dalam waktu yang serba terbatas. Yang penting bisa melangkah di atas catwalk saja dulu, urusan lainnya bisa menyusul kemudian.

Tetapi hari itu ternyata tidak sekedar menjadi hari biasa. Kehadiran dan penampilan Mang Dian langsung menarik perhatian komunitas modeling Bali. Selanjutnya, posturnya yang semampai dan keluwesannya melenggang di atas catwalk, mengantarnya untuk meraih sederet predikat terbaik dalam berbagai kontes modeling.

“Saya ingin profesional,” ujarnya lagi. Lalu penyandang predikat The Best Catwalk, Juara I IFA Model Contest, Juara I AW Entertainment Bali 2006 ini memaparkan kiatnya untuk bisa tampil terbaik. “Harus serius. Apapun harus dilakoni dengan serius agar mencapai hasil yang memuaskan. Dan apapun jika dijalani dengan serius akan mampu mengantarkan kita pada profesionalisme,” demikian mantan Putri Hardy’s 2006 ini.

Tapi saat ini Mang Dian mengaku tengah mengurangi kegiatan modeling yang telah memberinya tambahan uang saku. “Saya bersiap untuk ujian sekolah dan ujian nasional. Sejujurnya, saya sangat tegang menghadapi ujian nasional nanti. Standar kelulusannya makin naik terus,” ujarnya.

Kembali ke soal kunang-kunang, penggemar bakso den es buah yang punya cita-cita kuliah pada jurusan hukum ini mengaku tertarik kunang-kunang bukan tanpa alasan. Di samping karena memang indah dan penuh misteri, kunang-kunang menurutnya bisa dibaca sebagai pertanda alam. “Kata orang-orang tua, dulu kita sangat mudah menemukan kunang-kunang. Tetapi sekarang sangat sulit. Saya sering berkeliling ingin melihat kunang-kunang, tapi sangat jarang bisa menemukannya. Kunang-kunang sekarang sangat langka. Ini adalah pertanda bahwa alam lingkungan hidup kita memang sudah tidak alamiah lagi. Sudah begitu banyak mahluk hidup yang kehilangan habitatnya karena dirusak oleh manusia dengan alasan pembangunan dan kemajuan teknologi,” katanya berapi-api.

“Saya kuatir, generasi di bawah kita nanti malah tak tahu sama sekali serangga yang bernama kunang-kunang itu karena tak pernah lagi melihatnya. Sekarang yang bertambah banyak justru lalat. Dan ini pertanda bahwa lingkungan kita semakin jorok dan kotor. Dan itu berarti pula hidup kita semakin terancam oleh ulah kita sendiri yang tidak bisa memelihara kelestarian lingkungan. Ini harus dikampanyekan agar semua orang segera menyadarinya,” demikian penggemar jaja sagon ini makin bersemangat.

Tidak ada komentar: