Pipiet, Tidak Takut Kulitnya Hitam

Teks & Foto: Nanoq da Kansas
Lahir di dekat pantai, tetapi lebih menyukai gunung. Dua kekuatan alam itu sangat berpengaruh pada dirinya. Bola umpan dari temannya pun dihempas dengan pukulan smash sepenuh tenaga menembus daerah lawan. Ada yang masuk dan menjadi point, tetapi ada juga yang terblokir dan sia-sia. Saat itu, hanya dua kemungkinan yang menunggunya. Menang atau kalah. Keduanya bukan pilihan, tetapi keduanya adalah resiko. Toh ini hanya sebuah permainan yang pasti akan berakhir dengan cepat. Sementara kehidupan menanti dengan permainan-permainan lain yang jauh lebih rumit, jauh lebih tak terduga dengan resiko yang juga tak bisa dipilih. “Saya ingin membuat bangga Ibu dan orang-orang yang telah mendukung saya,” demikian motivasi yang selalu ia tumbuhkan dalam dirinya.

Sungguh, Pipiet masih sangat belia. Tetapi Pipiet yang bernama lengkap Fitri Hardiyanti Anwar, sudah tercatat sebagai pemain inti Provinsi Bali untuk cabang olah raga Bola Voly. “Saya mulai dimasukkan sebagai atlit PBVSI Bali sejak kelas tiga SMP. Saat itu langsung ikut mewakili Bali ke Surabaya. Lalu mewakili Bali dalam Kapolri Cup I dan kami mendapat peringkat III. Tahun 2006 ini ikut lagi dalam Kapolri Cup II di Madiun, sayangnya kami kalah,” ceritanya dengan nada polos khas remaja.

Menekuni tari bali sejak di sekolah dasar hingga tamat SMP, Penari Oleg Tambulilingan ini pun lebih menyukai gunung daripada laut dan lebih menyukai senja hari ketimbang pagi. Di hati Pipiet, gunung adalah sebuah kekuatan sekaligus keanggunan, sedangkan senja adalah keindahan yang penuh misteri. “Senja lebih mengerti perasaan kita karena saat itu sang waktu terasa lebih ramah. Sedangkan pagi hari semuanya terlihat begitu sibuk, terburu-buru, dikejar waktu, dan... saya masih ngantuk,” candanya dengan senyum yang memesona.

Di dalam kelas, Pipiet mengaku paling suka pelajaran Bahasa Indonesia karena baginya Bahasa Indonesia itu unik. Pipiet selalu merasa lambat untuk memahami angka-angka. “Nanti saya akan memilih jurusan sosial saja,” kata alumni SMP Negeri 4 Melaya ini dengan tegas. Soal makanan, Pipiet paling suka nasi goreng sea food. Kalau disuruh memilih warna-warna, ABG yang tak takut kulitnya hitam ini akan memilih warna hitam, putih dan biru. “Saya merasa warna-warna itu bisa membuat hati tenteram,” ujarnya datar. Sebagai anak sulung dari dua bersaudara, sejak kelas tiga sekolah dasar Pipiet sudah tidak bisa lagi merasakan kehangatan kasih seorang ayah. “Ayah saya meninggal ketika saya masih kelas tiga sekolah dasar. Jadi, pada ibulah saya menemukan semuanya,” matanya menerawang mungkin membayangkan Sang Ibu yang jauh.

Ya, Pipiet sejak mulai masuk SMA tinggal cukup berjauhan dengan ibu dan adiknya. Sang Ibu masih di Gilimanuk, Pipiet bersama Mbah di Negara. Rasa kangen selalu ada, tetapi baginya yang lebih penting dari kangen adalah pendidikan dan ilmu pengetahuan. “Lagipula saya sudah cukup terbiasa jauh dari rumah. Saat-saat pemusatan latihan di Denpasar, saya bisa seminggu atau lebih di wisma atlit,” tuturnya pula.

Sebagai atlit perempuan, cantik dan masih remaja, Pipiet dengan lugu bisa bercerita tentang romantika di tempat latihan atau lokasi pertandingan. Tentu tidak sedikit yang suka menggoda-goda, atau bahkan ada cinta lokasi. Tetapi Pipet bisa menyikapinya dengan sikap dewasa. “Saya masih remaja. Saya menyikapi hal-hal seperti itu sebagai bagian dari persahabatan saja. Kalau ada yang keterlaluan, ya saya cuekin. Lagian kan hanya kenal di situ saja,” demikian si penyayang kelinci ini memaparkan kiatnya menghadapi godaan. Ditanya perasaannya pada setiap menghadapi pertandingan, dia mengaku masih suka degdegan, grogi dan cemas. “Apalagi kalu melihat lawan-lawan yang sudah senior, saya awal-awalnya masih grogi. Tetapi perasaan itu dengan cepat hilang kalau pertandingan sudah berlangsung.”

Banyak temannya yang menganggap Pipiet tomboi. Mungkin karena penampilannya yang selalu simpel dan tidak terlalu urusan dengan mode. Tetapi toh dia mengaku bisa cukup lama kalau mandi. Sementara waktu senggangnya bersama Mbah, dia gunakan untuk membaca atau nonton film. “Saya menyukai film drama, tetapi yang tidak cengeng. Saya juga suka menggambar dan kadang-kadang menyanyi dangdut di kamar hehehe...,” tawanya lepas di sore itu.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

mantap bro.. kerjaannya sensus cewek seluruh indonesia kalo bisa yaaa..