Senyum dan Sepi di Bibir Risti

Teks & Foto: Nanoq da Kansas

Dunia, ya, sudut dunia manakah yang bisa percaya bahwa seorang perempuan menangis bukan karena manja, tetapi karena memang dunia itu sendiri yang butuh ditangisi? Dan begitulah Risti, remaja yang tengah berupaya menandai salah satu sudut dunia bernama modeling itu dengan eksistensinya. Risti sesekali butuh menangis, butuh masuk ke ruang paling pribadinya, menggumam sendiri: “Dunia, engkau sepi sekaligus sungguh keras!”

Tetapi apa sih sejatinya yang masih perlu diperjuangkan seorang Risti? Cantik, sudah. Dikenal banyak orang, sudah. Dia pun bisa membeli celana jeans yang tidak pasaran dengan merek yang bahkan hanya beberapa gelintir temannya saja yang tahu, kemana-mana menggenggam handphone berseri 910i. Apa sih yang masih dicari seorang Risti? “Setiap orang harus menemukan dunianya sendiri. Menemukan rumah bagi badan dan jiwanya sendiri. Dan itulah yang tersulit bagi saya. Saya menangis untuk bagian kehidupan yang saya rindukan, yang menjadi cita-cita, tetapi begitu kerasnya jalan untuk menemukannya,” ujarnya di senja itu.

Di senja yang cerah itu, mendekap tas remaja bermerek gosh, Desak Putu Oka Risti Mayasari bercerita tentang warna putih kesukaannya. Bercerita tentang kucing, anjing dan hamster yang baginya sungguh menggemaskan. “Sungguh, dunia modeling terlihat glamour hanya dari luar. Di dalamnya hanyalah kehidupan yang biasa. Dunia yang manusiawi. Melelahkan, bahkan terkadang tak ada kompromi. Saat badan lelah atau sakit kepala pun kita dituntut harus tersenyum di atas catwalk atau di tengah orang banyak. Ada persaingan, ada waktu yang terkadang tak mengenal toleransi. Semua itu sungguh melelahkan. Tetapi saya ingin profesional di sana,” tutur siswi kelas III IPA SMA Negeri 1 Negara ini.

Mengaku hanya bisa curhat ke mama bila sedang mendapat masalah, Risti tumbuh menjadi ABG yang mau tak mau mesti mandiri. “Karena tak ada yang membantu, saya sering kelimpungan untuk mengurus diri sendiri. Pernah saya mewakili kabupaten di sebuah event, semua saya urus sendiri. Konyolnya, sampai uang saku pun saya keluarkan dari kantong sendiri,” ujarnya setengah menggumam. Cita-citanya untuk mengikuti sebuah event di India juga dengan pahit dihapusnya. Karena Risti tak tahu harus cari sponsor ke mana. “Pernah terlintas mau minta bantuan ke pemda, tapi saya malu bertanya pada siapa,” lanjutnya.

Ketika dunia modeling Bali ikut-ikutan terhanyut eforia jargon “Ajeg Bali”, Risti sempat bimbang. Dalam benak remajanya dia bertanya, kenapa sesuatu yang semestinya bisa berjalan apa adanya mesti direcoki oleh urusan-urusan yang dipaksakan dan dibesar-besarkan? “Ajeg Bali dalam konteks tertentu membuat perasaan sukeh-sukeh ben (serba salah-red),” ujarnya serius. Bagi Risti, persoalan kehidupan sosial suatu masyarakat, termasuk Bali, tidaklah bisa diatur dengan berlebihan. “Kehidupan kan dinamis. Melaju ke depan dengan romantikanya sendiri. Cara orang berpakaian, cara bicara, cara memandang sesuatu bahkan cara hidup, semua itu bergerak untuk menemukan jamannya sendiri-sendiri. Yang harus dipertahankan adalah nilainya, spiritnya, bukan pisiknya. Tapi pemikiran orang-orang tua cenderung memaksakan kehendak untuk memasung kehidupan sosial yang dinamis itu. Ini justru akan merugikan diri kita sendiri. Tapi, ya, gimana lagi? Dalam situasi tertentu kita tidak bisa minta kompromi, tetapi harus mengalah. Saya sering berada dalam sitausi mengalah itu,” lanjutnya lagi.

Seks dan pergaulan bebas di kalangan remaja adalah wacana sekaligus fenomena yang tak pernah redup. Risti pun mengakui hal itu. Menurutnya, seketat apapun aturan yang ada, baik di tingkat keluarga maupun lingkungan secara umum, pada akhirnya tak bisa mengendalikan sepenuhnya gaya hidup para remaja secara individu. "Soalnya peluang dan kontrolnya ada dan melekat di masing-masing pribadi remaja itu sendiri. Saya tidak suka seks bebas maupun pergaulan bebas. Tetapi saya hanya ingin mengingatkan teman-teman, berbahagialah dengan cinta dan pacar, tetapi tetap ingat pada rambu-rambu yang normal. Dan terutama sekali, kebebasan bergaul yang menjadi trend saat ini, harus diimbangi dengan prestasi positif," ujar penggemar buah juwet ini dengan sepenuh hati.

Tidak ada komentar: