Yanti, Pendekatan Jarum Suntik...

Teks: Nanoq da Kansas

Foto: De'a Yogantara
Tentulah karena dia berolahraga, maka tubuhnya yang mungil itu jadi terlihat makin indah. Ketika suatu hari di sekolah dia mengenakan kebaya dengan canang di tangannya, para cowok yang belum mengenalnya pun tak tahan untuk mencuri-curi pandang. Bahkan beberapa diantaranya tak segan-segan berusaha mendekatinya dengan rasa penasaran.

Tapi kalau sore tiba, para cowok layak cemburu. Di sore hari Yanti lebih setia dengan raket dan si bulu ayam. Di sore hari, para cowok paling banter bisa sekadar mengintip Yanti di lapangan bulu tangkis. “Saya belajar dan menekuni bulu tangkis sejak masih di bangku SD,” demikian salah seorang tim inti Bulu Tangkis Kabupaten Jembrana untuk Porda Bali 2007 ini. “Saya dibimbing bapak, disemangati mama,” sambungnya.

Yanti memang dekat dengan sang ibu. Kedekatan itulah yang akhirnya membuat dia bercita-cita jadi dokter. Maklum, sang ibu adalah seorang tenaga medis. “Lagi pula saya ingin lebih dekat dengan jarum suntik. Ingin lebih mengenalnya, karena saya paling takut disuntik,” ujarnya bersemangat.

Tentang keindahan, penyandang gelar Juara III Ganda Campuran pada Kejurda Bali 2006 ini percaya pada dua hal, yakni rasa dan cara pandang. Seperti puisi yang sering dibacanya secara diam-diam di kamar tidur. “Puisi itu indah di dalam rasa, bukan pada fisiknya. Tetapi pemandangan dan kecantikan, keindahannya tergantung dari cara pandang kita. Dan dari sudut pandang tertentu, jarum suntik yang dibawa dokter pun bisa dikatakan indah. Apalagi itu bisa menyembuhkan seseorang dari penyakitnya. Orang sembuh dari sakit, maka kehidupan akan menjadi semakin indah,” begitu Yanti.

Ngobrol soal makanan vaforit, finalis Healt Ambasador di Unud Denpasar tahun lalu ini, mengaku lebih suka masakan dan makanan lokal. Bakso, ya pasti. Ayam betutu, ya, itulah kesukaannya. Bagi Yanti, masakan lokal adalah semacam semangat. Karena masakan lokal atau masakan Indonesia bumbu yang dipakai jauh lebih kompleks daripada masakan import. Dalam masakan lokal, seolah ada semangat kebersamaan yang kental. “Karena untuk memasak ayam betutu atau rendang padang saja misalnya, ada proses panjang yang bisa dikatakan sangat memerlukan kesuntukan. Membuat masakan lokal itu adalah salah satu bentuk prosesi semangat gotong royong kita. Beda dengan fastfood, di situ nyaris tak ada kebersamaan, selain orientasi dagang. Semua serba cepat dengan mengabaikan kesan. Di samping itu, masakan lokal atau tradisional bisa bikin kecantikan lebih awet dan umur panjang karena kandungan rempah-rempahnya. Rempah-rempah itu kan sangat penting. Jaman dulu bahkan gara-gara negeri kita kaya rempah-rempah kita sampai dijajah oleh bangsa Eropa,” ujar Yanti semangat.

Kembali ke olah raga, Yanti punya optimisme yang tinggi terhadap tanah kelahirannya, Jembrana. Menurutnya, potensi yang ada sudah tidak perlu diragukan. Masalahnya sejak dulu hingga sekarang bahkan mungkin ke depan, hanya masalah manajemen. Menurutnya, olah raga itu sama dengan kesenian, memerlukan manajemen yang mandiri. Selama ini manajemen olah raga di tiap-tiap daerah masih terkesan asal-asalan. Manajemen olah raga di daerah hanya digarap secara dadakan pada saat ada pertandingan atau ada event-event. “Penghargaan kepada para atlet juga masih sangat rendah, baik secara finansial maupun prestasi. Para elit di Indonesia hanya mendekati para atlit di saat-saat ada kepentingan politik. Coba saja menjelang pemilihan umum, orang-orang yang mencalonkan diri menjadi wakil rakyat atau menjadi penguasa tiba-tiba mendekati para atlit. Setelah itu, mereka lupa,” demikian penggemar buah anggur ini serius.

Dara berbintang Sagitarius ini mengaku kurang bisa berdandan. Kalau pun harus berdandan, dia pasti minta bantuan pada ibu. “Dulu saya malah sering dibilang tomboy karena lebih suka memakai celana jean dan t.shirt. Saya gak bisa pakai bedak. Tapi sekarang saya sudah mulai belajar lebih feminim hehehe...,” candanya. Lalu bagaimana soal pacaran? “Wah, yang ini rahasia. Lagipula saya belum dapat ijin pacaran dari ortu. Yang jelas, cowok yang saya sukai harus baik, jujur, pengertian dan bertanggung jawab. Itu saja,” dia mengakhiri obrolan dengan sedikit malu-malu.

Tidak ada komentar: